Fernando Lima Videos
Opernsänger
Jahrestage
- Stimme, Posaune
- Countertenor
- Argentinien
Letzte Aktualisierung
2024-06-28
Aktualisieren
La Trenza Sonora: IIº festival internacional de música contemporánea, electroacústica y experimental. Idea y dirección: Abel Castro Larrea Festival de música contemporánea, electroacústica, arte sonoro y experimental realizado todos los años en la ciudad de Lima. Actualmente es el único festival de su tipo en el Perú, que reúne compositores académicos con artistas sonoros y experimentales, con el objetivo de eliminar los antagonismos, abriendo un espacio horizontal de expresión para lo que nos urge comunicar. De ese modo, La Trenza Sonora intenta también incentivar la interpretación y creación nacional en el lenguaje musical de nuestra época, la cual está olvidada desde los organismos culturales y las entidades musicales nacionales. La Trenza Sonora es, por tanto, un esfuerzo particular y sin fines de lucro que quiere llenar ese vacío; deseamos que el contacto permanente con los lenguajes sonoros actuales permita el crecimiento de compositores y espectadores interesados en estas nuevas músicas en el país. Se realiza cada año a mitad del mes de junio. La entrada es gratuita y para todo público. Los esperamos!!
Guiomar Novaes Beethoven Meireles Yara Bernette Arthur Moreira Lima Nelson Freire Neste Pelo 1967
ATENÇÃO: Esta gravação está sendo divulgada para fins culturais. Caso tenha interesse em utilizá-la comercialmente, favor entrar em contato com a família de Frank Justo Acker através do e-mail: •••@••• Gravação inédita de Guiomar Novaes interpretando a Sonata No.32 (Op.111), de Beethoven, em recital na Sala Cecília Meireles no dia 4/11/1967, como parte da série "Panorama do Piano Brasileiro", que contou com recitais de 9 pianistas brasileiros: Yara Bernette, Guiomar Novaes, Anna Stella Schic, Ivy Improta, Arnaldo Estrella, Roberto Szidon, Arthur Moreira Lima, Nelson Freire e Jacques Klein. Esta é a primeira gravação de que se tem notícia de Guiomar tocando esta sonata ao vivo, e complementa de maneira notável a gravação comercial que a pianista realizou desta obra em estúdio neste mesmo ano de 1967. Previously unreleased recording of Guiomar Novaes playing Beethoven's Andante favori in a recital at Sala Cecilia Meireles in November 4th, 1967, as part of the series "Panorama do Piano Brasileiro" [Brazilian Piano Panorama], which featured recitals by 9 Brazilian pianists: Yara Bernette, Guiomar Novaes, Anna Stella Schic, Ivy Improta, Arnaldo Estrella, Roberto Szidon, Arthur Moreira Lima, Nelson Freire and Jacques Klein. This is the first recording that has surfaced of Guiomar playing this sonata live, and it complements in a remarkable way the historical commercial studio recording she did of this sonata in that same year orf 1967. Beethoven - Sonata No.32 (Op.111), em Dó menor 0:00 I. Maestoso – Allegro con brio ed appassionato 7:28 II. Arietta – Adagio molto semplice e cantabile Acervo de Frank Justo Acker. Gravação realizada por Frank Justo Acker em fita-rolo, digitalizada pelo Instituto Piano Brasileiro, e divulgada para fins exclusivamente culturais. Agradecimentos especiais a Clara Acker, que gentilmente autorizou o IPB a digitalizar e divulgar estas gravações. Leia mais a respeito neste post: (http•••) Digitalização de Lautaro Wlasenkov (•••@•••), para o Instituto Piano Brasileiro. Imagem: Guiomar Novaes em foto presente em programas de concerto da pianista realizados em 1967. Acervo do Instituto Piano Brasileiro. Curadoria e pesquisa: Alexandre Dias
Barat Dua Benda Candi Kinsbergen Kaitan Brandes 1873 1902 1859 1900 1896 1891 1890 1885 1882
(http•••) LUCU? KAITAN KABAH DGN BOROBUDUR EPS #15A PART 1 BOROBUDUR PENINGGALAN NABI DAUD RAJA YAHUDI ISRAEL DEKRIPSI BOROBUDUR: Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Prancis setahun kemudian. Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen. Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen.[32] Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan. Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cenderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional Bangkok.[33] Borobudur kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, menemukan kaki tersembunyi.[34] Foto-foto yang menampilkan relief pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891.[35] Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah membentuk komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum. Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera diatasi dengan mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang membahayakan batu lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan memugar beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama. Kedua, memagari halaman candi, memelihara dan memperbaiki sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu ditaksir sekitar 48.800 Gulden. Sumber: Wikipedia Indonesia
oder
- Zeitleiste: Lyrische Sänger (Südamerika).
- Indizes (in alphabetischer Reihenfolge): L...