Ikuma Dan Videos
japanischer Komponist klassischer Musik und Essayist
Gedenken 2024 (Geburt: Ikuma Dan)
- Oper, Sinfonie
- Japan
- Dirigent, Komponist, Musikwissenschaftler, Essayist
streaming
Letzte Aktualisierung
2024-05-21
Aktualisieren
Akademiska Sångföreningen Rf Erik Bergman Kun Blom Ekberg Gustafsson Sundström Musikhuset 1911 1951 2006 2013 2018
Se mer med oss live: (http•••)/ Eteläpohjalainen kansanlaulu, Op. 37b:1 [Sydösterbottnisk folkvisa] Nr 1 ur Kaksi eteläpohjalaista kansanlaulua, Op. 37b [Två sydösterbottniska folkvisor] Musik och text: finsk trad. Arrangör: Erik Bergman (1911–2006), 1951 175-årsjubileumskonsert Konsertsalen, Musikhuset i Helsingfors, 20 april 2013 Akademiska Sångföreningens jubileumskör, manskör Tom Eklundh, dirigent/ Kun on oikeen hulivililuonto, niin istuu vaikka linnas’, ennen kun makaa lauralla ja puukonhaava rinnas’! Ja enkä minä hurjan luontoni tähren päätäni alaha paina. Iloonen ja irti maasta meinaan olla aina. Alahärmästä, keskeltä pitäjästä rentoja veljeksiä. Ne saa hypätä pöyrälle, jokka on meitä verrempiä! —Sydösterbottnisk folkvisa/ Teknisk personal: Musikhuset i Helsingfors Roope Koistinen Sepi Myllyrinne Mihkel Mäemets Antti Silvennoinen Ljudproduktion, radiosändning: Rundradion Bertil Blom Antti Pohjola Antti Snellman Bildproduktion, TV-sändning: Yrkeshögskolan Arcada Tommy Mård Patrik Ekberg Alex Erolin Dan Gustafsson Taneli Haro Marika Hill Mats Lemström Joakim Skogman Postproduktion: Akademiska Sångföreningen Kasper Sundström 2013–2018 Akademiska Sångföreningen rf. Alla rättigheter förbehållna.
Alois Hába Auerbach Bedřich Smetana Franz Schreker Ferrucio Busoni Josef Suk 1893 1908 1918 1923 1928 1931 1933 1937 1941 1955 1967 1973
Dan Auerbach - Violin 00:00 Allegro Non Troppo 03:59 Andante Cantabile 08:44 Scherzo, Energico 11:17 Moderato Alois Hába +••.••(...)) was a Czech composer. When he was five years old it was discovered that he had absolute pitch. In school, Alois became very interested in the musical aspects of the Czech language, above all in pitch, rhythm, accent, dynamics, and timbre of the speech. In 1908 he entered the teacher's training college in Kroměříž, where he began to develop an interest in Czech national music, analyzing the works of Bedřich Smetana. Already at that time he found out from his textbooks that the European system of music was not the only one in the world and that even some European music had in the past used different scales than the ones used in his time. He therefore started to develop his own point of view in this issue. He studied with Franz Schreker in Vienna in 1918. At that time, Hába wrote his first quarter-tone piece, Suite, consisting of three fugues in the quarter-tone system, composed for two pianos tuned a quarter tone apart. In 1923, he met Ferrucio Busoni in Berlin, who had advocated the sixth-tone system and encouraged Hába to continue his work in microtonality. After that he was kicked out of Nazi Germany and he went back to Czechoslovakia. After the premiere of his quarter-tone opera Matka (Mother) in 1931, introducing a practically athematic concept, Hába emerged as a leader of Czech modernist music and became internationally well known as one of the most important avantgarde composers. This opera also uses two quarter-tone clarinets and two quarter-tone trumpets, which were built especially for this work. Hába expressed his bold socialist viewpoint throughout his operas and that caused controversies already at the time. In 1933, when Josef Suk became director of the Prague Conservatory, Hába was made a full professor and established the Department of Quarter-tone and Sixth-tone Music. Here he had much influence over his many students. His works became banned during Nazi occupation of Czechoslovakia. They closed down the Prague Conservatory in 1941 and prevented him from teaching. During the war Hába wrote a continuation of his Theory of Harmony, completed, as already mentioned, a sixth-tone opera (which was never produced), and considered constructing a twelfth-tone harmonium. At the turn of forties and fifties, the work of Alois Hába was affected by the communist regime in Czechoslovakia, becoming transitionally simplified, much more "thematic" and tonal, and also setting texts projecting communist ideology. He was nevertheless unable to rid himself of the label of “formalist” stuck onto him by Marxist aesthetics. When Hába returned to his style, he continued in his experimental musical studies, which culminated in the 1960s with the use of fifth tones in his Sixteenth String Quartet in 1967. Alois Hába's works total 103 opuses, the majority of which are various kinds of chamber music. Among the most important are his string quartets, which document and demonstrate the development of his style. In addition to quarter tones, Hába used sixth-tones in his String Quartets nos. in the 5, 10, and 11, as well as in Six Pieces for Sixth-tone Harmonium or String Quartet (1928), Duo for Sixth-tone Violins (1937), Thy Kingdom Come, a Sixth-tone Musical Drama in Seven Scenes (1937–42), Suite in Sixth-tones for Solo Violin (1955), and Suite in Sixth-tones for Solo Cello (1955).
Barat Dua Benda Candi Kinsbergen Kaitan Brandes 1873 1902 1859 1900 1896 1891 1890 1885 1882
(http•••) LUCU? KAITAN KABAH DGN BOROBUDUR EPS #15A PART 1 BOROBUDUR PENINGGALAN NABI DAUD RAJA YAHUDI ISRAEL DEKRIPSI BOROBUDUR: Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Prancis setahun kemudian. Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen. Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen.[32] Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan. Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cenderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional Bangkok.[33] Borobudur kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, menemukan kaki tersembunyi.[34] Foto-foto yang menampilkan relief pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891.[35] Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah membentuk komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum. Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera diatasi dengan mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang membahayakan batu lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan memugar beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama. Kedua, memagari halaman candi, memelihara dan memperbaiki sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu ditaksir sekitar 48.800 Gulden. Sumber: Wikipedia Indonesia
oder
- Zeitleiste: Komponisten (Asien). Dirigenten (Asien).
- Indizes (in alphabetischer Reihenfolge): D...